Berkaca dari pengalama itu menyebabkan Buffet berpikir untuk tidak terburu-buru untuk melepas sahamnya. Pada umur 14 tahun, saat Buffet masih duduk di bangku SMA, dia memulai bekerja dengan memasang mesin pinball di tempat potong rambut, dan dari keuntungan usaha sebesar $ 1200 dia membeli 40 ha tanah pertanian yang akhirnya dia sewakan pada petani lokal. Meski dia tergolong anak yang pandai di sekolah, tapi Buffett malah berpikir bahwa sekolah bukan tempat untuk mengasah naluri bisnis dan wirausaha yang mengalir dalam darahnya.
Warren Buffet kecil mulai berkerja menjadi loper koran, lalu bergabung dengan Wilson Coin Op, sebuah perusahaan pembuat mesin pinball. Dan yang pasti, Buffet mendapatkan pendapatan pasif dari uang sewa yang dibayarkan oleh petani yang menyewa tanahnya. Saat dia masih berusia 16 tahun, Ia lulus dengan nilai terbaik dari 20 besar dikelasnya dan mempunyai simpanan uang sebesar $5000. Seringkali Buffet membantu ayahnya dengan bantuan finansial dan dia juga membiayai sekolahnya sendiri.
Pada tahun 1947, saat Buffet lulus SMA dari Washington, DC's Woodrow Wilson High School, Warren Buffet mulai masuk ke jenjang perguruan tinggi di University of Pennsylvania, kemudian dia pindah ke University of Nebraska. Semasa kuliah, dia pernah membaca buku Benjamin Graham's The Intelligent Investor yang membuka kesadaranya untuk segera memulai investasi.
Buffett mendapatkan gelar Master Ekonomi pada Columbia Business School. Disana Buffet sempat diajar oleh Benjamin Graham, Walter Schloss dan Irving Kahn yang merupakan investor berpengaruh pada masa itu. Filosofi bisnis Buffett sangat dipengaruhi oleh buah pemikiran dari Philip Fisher. Setelah mendapat nilai A+ pada mata kuliah Analisa Ekonomi dengan dosen Benjamin Graham, Buffet bertemu dengan Graham-Newman. Sebelumya Buffet bekerja pada broker ayahnya sebagai salesman sampai suatu ketika ia bertemu Graham yang belakangan memberinya posisi pekerjaan pada tahun 1954. Buffet kembali ke Omaha dua tahun kemudian, ketika itu Graham mengundurkan diri dari jabatannya.
Buffett mengumpulkan kekayaan yang berlimpah dari sebuah perusahaan investasi yang bernama Berkshire Hathaway, dimana dia juga sebagai pemegang saham terbesar merangkap sebagai CEO diperusahaan tersebut. Dengan jumlah kekayaan bersih (kira-kira) sebesar US$ 52 milyar, dia menduduki peringkat ketiga terkaya didunia berdasar survey pada April 2007 dibawah Bill Gates dan seorang pebisnis asal Meksiko yang bernama Carlos Slim Helú.
Sesuai dengan komitmen yang telah ia buat sebelumnya, pada bulan Juni 2006 Buffett menyumbangkan 83% hasil keuntungan usahanya pada Bill and Melinda Gates Foundation. Total donasi Buffett kala itu mencapai $30 milyar, sebuah pencapaian donasi terbesar dalam sejarah Amerika. Dana tersebut merupakan dua kali dana yang biasa dikumpulkan yayasan Bill and Melinda Gates Foundation.
Meskipun memiliki kekayaan dalam jumlah besar, Buffett lebih dikenal sebagai orang yang sederhana dan hemat. Pernah suatu kali dia mengeluarkan dana $ 9,7 juta dari usaha Berkshire sebagai klausul dengan perusahaan jet pada tahun 1989, dia membuat sebuah lelucon yang berjudul "Sebuah hal yang tidak dapat dipertahankan" karena kritik yang dilontarkan sebelumnya kepada CEO lain tidak dipertimbangkan karena nilai kontrak tersebut amat tinggi. Saat ini Buffett masih tinggal dalam kesederhanaan di kompleks Dundee, dekat Omaha, Nebraska. Rumah tersebut ia beli seharga $ 31.500. Dia juga pernah menjual sebuah rumah mewah miliknya di Laguna Beach, California senilai $ 700.000.
Pada tahun 2006 gaji tahunannya adalah sebesar $ 100.000, yang nilainya lebih kecil dibandingkan gaji eksekutif lain di perusahaan sejenis. Sekedar informasi, gaji CEO yang perusahaannya terdaftar dalam S&P500 rata-rata sebesar $9 juta setahun pada tahun 2003. Terlepas dari hal itu semua, nama Buffett terdaftar sebagai 100 Orang Berpengaruh di Dunia versi majalah Time.
Buffett mendirikan perusahaannya yang pertama pada tahun 1956 yang bernama Buffett Associates, Ltd. Modal usahanya kala itu adalah $100.000 dari Buffet dan $ 105.000 dari gabungan mitra usaha yang terdiri dari keluarga dan teman-temannya. Buffett juga mendirikan beberapa kerjasama usaha yang kemudian digabung menjadi Buffett Partnership Limited. Kala itu ia menjalankan bisnisnya dari tempat tidur. Dia sibuk menyusun pendekatan investasi dan struktur pembagian hasil usahanya. Investasinya saat itu merugi 30% selama tahun 1956-1969.
Buffet mempunyai tiga pendekatan dalam hal SDM :
1. Umum : menilai saham berdasar karakteristik dan tingkat pengembalian dan resikonya.
2. Menengah : SDM diluar lingkup pekerjaan usaha, seperti bagian Merger, Akuisisi, Likuidasi,dll.
3. Pengendalian : Seperti membangun unit usaha, dan juga dengan pemegang saham.
Pada bulan September 2005, Bill Gates dan Warren Buffet, dua orang terkaya AS dan terkaya di dunia, duduk bersama para mahasiswa Universitas Nebraska. Disana mereka diberondong pertanyaan dari para siswa dimana disini dua orang kaya ini menunjukkan sikap terbuka akan tanggung jawab mereka untuk menggunakan kekayaan demi tujuan memperbaiki dunia.
Daripada “pensiun” dan tidak melakukan apapun, dua orang yang luar biasa kaya ini secara aktif mengejar pekerjaan yang mereka rasakan penting. Ketika Warren Buffet, pria 77 tahun ditanyai apa yang akan dikerjakan 10 tahun mendatang dari sekarang, dia mengatakan : “Saya akan melakukan persis dengan apa yang saya lakukan sekarang karena saya sekarang melakukan persis apa yang saya sukai”.
Sedang Bill Gates khusus menghabiskan 2 minggu dalam setahun agar dirinya dapat focus membaca dan memikirkan berbagai “proposal ide dan gagasan” yang dikirim orang kepadanya. Dia amat berkepentingan mendapatkan “amanat” dari berbagai proposal itu dan tidak ingin kehilangan untuk melihat kesempatan baru.
Seorang muda menanyai Warren Buffet tentang apa pendapatnya tentang sukses. Warren menjawab bahwa dia berpikir sukses itu memiliki banyak orang yang mencintainya ketika ia menjadi semakin berumur. Warren ingin mengatakan bahwa dia telah melihat orang yang membuat banyak uang namun berakhir dengan tidak seorangpun yang mengasihinya.
Orang-orang ini kelihatnya berpikir secara berbeda dibandingkan kebanyakan orang Amerika.
Jika anda benar-benar menemukan pekerjaan yang anda sukai, pensiun menjadi kehilangan maknanya. Jika anda menemukan tujuan dalam pekerjaan anda, uang akhirnya hanya menjadi produk sampingan. (nat)
Dua Guru Buffett
Warren Buffett mengaku mengagumi pula, selain Benjamin Graham, Philip Fisher. Dua orang yang dianggap sebagai maha guru oleh Buffett memiliki karakter investasi yang berbeda. Graham lebih dikenal dengan strategi investasi nilai. Saat memilih saham, Graham selalu mendasarkan pada analisis fundamental keuangan perusahaan dan strategi diversifikasi. Artinya, Graham menekankan pada kriteria kuantitatif, selalu mencari saham yang harga pasar jauh di bawah harga wajar.
Sebaliknya, Philip Fisher lebih menekankan pada kriteria kualitatif. Menurut Fisher, sebelum membeli saham sebuah perusahaan, lihat dulu tim manajemen pengelolanya, bagaimana cara perusahaan tersebut dikelola. Buffett melihat, ada kesamaan dari kedua orang pakar tersebut. Keduanya sukses dan sama-sama berpikir jangka panjang untuk setiap investasi. Graham misalnya menganjurkan agar investor memilih saham yang layak dipegang, meski pun pasar saham mendadak tutup besok. Sedangkan Fisher memberi contoh lewat cara dia memegang saham Texas Instrument, yang dibeli sejak awal perusahaan tersebut melakukan private placement. Nah, Buffett sang brilian, mencoba menggabung strategi Graham dan Fisher.Sebelum menentukan pilihan, dia akan meriset perusahaan tersebut habis-habisan, mulai dari sisi bisnis, manajemen, finansial dan pasar. Dengan dasar riset tersebut Buffett mengerti benar tentang perusahaan-perusahaan yang hendak dibelinya. "Belilah perusahaan sederhana dan mudah dipahami. Kinerja masa lalunya konsisten dan memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan," pesannya kepada para investor.
Pakem investasi itu diterapkan oleh Buffett ketika membeli saham Coca-Cola, Gillete, dan Walt Disney. Coca-Cola perusahaan yang paling disukai oleh Buffett, karena memiliki merek dagang yang sangat kuat dan menguasai pangsa pasar dominan.
Ketiga korporasi andalan Buffett memang bernasib sial pada 1998. Tapi, itu bukan berarti habis. Waktu memilih Coca-Cola, Buffett bukan tidak melihat bahwa akan ada pesaing yang muncul kemudian. Justru ia berasumsi, dengan munculnya produk baru, maka para pemasar Coca-Cola akan semakin gencar memasarkan produknya. Minimal akan mempertahankan pangsa pasar. Selain itu, manajemen keuangan akan mampu mengoptimalkan laba.
Inti dari semua itu, Buffett lebih berpikir tentang investasi jangka panjang, pada saham-saham perusahaan yang produknya dikenal dengan baik. Alasan itu pula yang membuat ia tidak pernah mau membeli saham Microsoft. Padahal semua orang kini melihat ekspansi Microsoft di dunia ini. Ketergantungan pengguna komputer terhadap Microsoft begitu tinggi, barangkali mirip dengan apa yang dilakukan Coca-Cola. Tapi sekali lagi, meski pun Bill Gates pemilik Microsoft adalah sahabat dekat Buffett, tapi ia tak berminat membeli saham Microsoft. Buffett tak memahami produk tersebut.
Perlu dicatat juga, Buffett tidak pernah menerapkan prinsip beli saham, tapi membeli bisnis (buying a business not share). Misalnya, terhadap Coca-Cola yang jatuh pada 1998-1999, ia tetap bersandar pada tren jangka panjang. Menurut asumsinya, setelah penurunan itu Coca-Cola bukan hanya akan memperbaiki kinerjanya.Kondisi mutlaknya, manajemen harus memenuhi tiga syarat. Pertama, mereka harus rasional. Kedua terbuka kepada pemegang saham. Ketiga, menolak untuk meniru praktik dan kebijakan manajemen perusahan lain, tanpa memedulikan kesesuaian nalar. Sikap berpikir jangka panjang itu pula yang membuat ia kerap melawan apa yang terjadi di pasar. Menurutnya pasar muncul setiap hari dan menawarkan pada harga berapa Anda membeli dan menjual. Harganya berubah-ubah tak menentu.
"Pasar bertugas melayani Anda bukan membimbing Anda. Dompetnya dan bukan kearifannya yang Anda butuhkan," katanya suatu saat. Kejutan-kejutan bukan hanya ditunjukkan Buffett lewat model investasinya di pasar modal. Itu juga terjadi dalam kehidupan pribadinya. Beberapa pekan lalu, kita dibuat tercengang dengan keputusannya untuk menyumbangkan 85 persen kekayaan, sekitar 34 miliar dolar AS kepada yayasan milik Bill Gates sahabatnya. Keputusan itu didasarkan atas pesan Susan sebelum wafat dua tahun lalu. "Berikan sebagian kekayaan kita kepada publik."
Cara Buffett Memilih Saham
Kemampuan Warren Buffett memilih saham yang bernilai di bawah harga pasar, merupakan bukti hidup yang mengagumkan. Beberapa ahli mengatakan, kemampuan itu sekaligus menjadi bukti kegagalan teori akademis yang meyebutkan bahwa pasar bersifat efisien. Artinya harga saham berkait erat dengan informasi yang beredar di publik tentang perusahaan terkait.
Menurut Buffett, pasar kerap salah menentukan harga. Pasalnya harga pasar kerap ditentukan oleh emosi para investor. Padahal emosi para investor bersifat jangka pendek, sementara dalam jangka panjang pasar justru akan mengikuti fundamental perusahaan.
Lantaran itu seperti ditulis Robert G Hagstroom Jr dalam The Warren Buffett Portfolio (1999), Buffett lebih memilih fokus kepada beberapa saham ketimbang harus menyebar investasi ke banyak saham perusahaan. “Pilih beberapa saham yang kemungkinan besar akan menghasilkan tingkat pengembalian di atas rata-rata dalam jangka panjang. Pusatkan investasi Anda pada saham-saham tersebut. Kuatkan mental Anda dari godaan fluktuasi harga pasar. Begitu penjelasan Buffet dalam buku tersebut. Persoalannya bagaimana investor harus menentukan saham pilihannya. Yang dilakukan Buffett sebelum menentukan pilihan berpatokan pada empat prinsip: bisnis, finansial dan pasar.
Buffett selalu membeli perusahaan yang bisnisnya sederhana dapat dipahami. Perusahaan memiliki kinerja masa lalu yang konsisten dan juga memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan. Dasar inilah yang membuat Buffett tidak mau masuk ke Microsoft. "Jika Anda tak memahami bisnis suatu perusahaan, Anda tak dapat membuat penilaian rasional terhadap nilai investasinya." Selain itu, manajemen perusahaan harus memiliki tiga persyaratan, yaitu harus rasional, terbuka kepada pemegang saham, tidak meniru manajemen perusahaan lain dan harus mengalokasikan uang perusahaan ke investasi yang memiliki nilai tambah bagi pemegang saham.
Buffett akan membeli perusahaan yang tingkat pengembalian ekuitas (ROE) bagus, bukannya pendapatan per saham. Selisih laba mesti tinggi dan setiap dolar yang ditahan oleh perusahaan, perusahaan dapat menciptakan minimal sedolar nilai pasar perusahaan.
Buffett hanya membeli saham jika harganya menarik. Maksudnya, adalah saat harga saham jatuh ke bawah harga wajar hasil analisis, dengan dasar perusahaan itu beroperasi terus dan sehat. Selisih harga pasar dan harga wajar ini berfungsi sebagai marjin aman (margin of safety), yang dapat mengurangi kerugian karena salah hitung. Marjin ini juga jadi salah satu sumber keuntungan jika saham kembali ke harga normal
0 komentar:
Posting Komentar